Karanganku
suatu ketika. Sambil menunggu alarm berbunyi, aku mencoba mengetikkan sesuatu
di atas Microsoft word ku. Dengan
bersandar pada lemari pakaian aku membuka sebuah tulisan dengan kalimat pembuka
yang klasik. Aku hanya menuliskannya dengan iringan musik entah lagu apa yang
disetel oleh teman sekamarku membuat ku untuk tidak bisa menghentikan gerakan
lincah tanganku yang kini menekan tuts keyboard
pada laptop. Musiknya membangkitkan tulisanku, sepertinya tulisan yang ku tulis
ini beterbangan. Aku terbawa hanyut pula oleh alunan musiknya. Terapi yang
sungguh hebat. Menenangkan jiwaku. Tapi aku tetap terjaga. Alunan musik itu terus
mengalun hingga semua kalimat yang kutulis pergi begitu saja meninggalkanku.
Dalam jiwa
seorang sosiolog
yang tidak pernah aku bayangkan, seperti musik yang terus saja
mengalun menebarkan teori antah berantah. Denyut nadinya menggetarkan teori
itu. Aliran darahnya bahkan pikirannya mungkin tak henti-hentinya menyoroti
apapun dari sudut sosiologisnya. Tapi aku tak pernah tahu apa yang ada dalam
hatinya. Hati seorang fungsional ataukah konflik, kestabilan ataukah kerancuan,
aku tak pernah mengerti. Mungkin lebih daripada itu. Bukankah kata Aristo, hati
mempunyai logika tersendiri? Kurasa berlaku juga bagi sosiolog. Karena mereka
hanya manusia biasa yang mencoba untuk menganalisis dengan kemampuan yang ia
miliki. Sederhana atau hiperbola. Mereka tahu masanya. Mereka tahu saatnya
tiba. Perubahan atau semacamnya. Di penghujung tulisanku yang pertama, tapi
diposting belakangan, perlu kukatakan bahwa aku hanya mengarang, tidak lebih.
Sekadar menuruti naluriku yang kini mempunyai sesuatu yang ingin ditumpahkan
lalu jemariku menumpahkannya dalam tulisan ini..
Sementara musik ini terus mengalun.
Sengaja diputar temanku berkali-kali agar dirinya tertidur. Tapi bagiku,…………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar