My
Trip (Madiun, East Java) – Hari Kedua
Kami
membagi jam tidur. Jam 21-24, aku yang tidur sementara bos berjaga. Sedangkan
jam 24-03, ganti aku yang berjaga, bos yang tidur. Aku pun menyetujuinya dan
langsung merebahkan tubuh di lantai pojok sebelah kiri. Tidak beberapa lama
kemudian, kami dibangunkan oleh seorang lelaki penjaga masjid. Entah siapa
orang ini, bapak2 atau mas2, wajahnya tak jelas. Maklum aku ngantuk berat.
Sementara bapak penjaga itu terus memberondong kami dengan pertanyaan identitas
dan apa tujuan kami tidur di masjid. Akhirnya
ndak bisa pulang karena kehujanan menjadi alasan. Meskipun sempat geger
sama bos Ririn gara-gara alasan, tapi kami baik-baik saja. Hanya KTP yang
diambil oleh bapak penjaga itu. Katanya boleh diambil saat kami mau pulang
besok shubuh. Bapak penjaga itu meninggalkan kami dan menyerahkan bungkusan
makanan yang ia bawa pada kami. Sepertinya habis kondangan. Kami tak
memusingkan hal itu. aku pun kembali tidur.
Tepat
pukul 00.13 WIB, kami dibangunin lagi oleh bapak penjaga masjid tapi bukan
lelaki tadi. Bapak penjaga yang merampas KTP berbadan gemuk, sedangkan bapak
yang ini mempunyai badan yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Kami
disuruhnya tidur
di dalam tempat shaf perempuan. Kami menurut saja. Akhirnya
kami berdua langsung tertidur pulas hingga terdengar qiroah menjelang shubuh.
02.37 WIB. Alarmku
bunyi. Kemudian pukul tiga lebih ibuku melayangkan pesan padaku untuk sholat
tahajjud. Setelah itu kami tidak kembali tidur. Kami merencanakan perjalanan
selanjutnya. Hari itu hari sabtu. Kami berencana pergi ke masjid kuno Taman.
Kami bertanya pada ibu2 jamaah sholat shubuh. Kalo diperhatikan, ternyata
seharusnya kami harus belok ke jalan Asahan bukan ke jalan Kemiri seperti di
peta.
Setelah sholat subuh,
kami pamit pada bapak penjaga masjid sekaligus mengambil KTP kami yang
disandera. Bapak itu menawarkan kami untuk mandi di masjid. Kami pun menerima
tawarannya. Bapak itu juga menawarkan akan mengantar kami ke stasiun, sebab
beliau mau berkunjung entah kemana yang juga searah dengan stasiun. Tawaran
kedua ini kami tolak. Maaf beribu maaf bapak yang baik hati J.. kami mau melanjutkan perjalanan.
Lalu kami
meninggalkan masjid Al Hidayah itu dan menuju masjid kuno Taman sesuai
petunjuk. Akhirnya setelah berates-ratus meter perjalanan, kami sampai di
masjid kuno Taman. Bangunannya seperti masjid kebanyakan. Seperti di Demak
tidak memakai kubah, tetapi beratap genting dengan puncaknya yang hampir
mengerucut. Disana juga terdapat makam kuno. Sayangnya kami tak boleh masuk
makam, sebab harus izin dulu pada juru kunci. Widiiiihh.. serem juga ya?
Daripada izin-izin yang dikhawatirkan ribet, kami hunting foto aja..
Sambil melepas penat,
kami istirahat di halaman masjid sekalian sholat dhuha di masjid kuno Taman.
Karena di masjid itu terdapat taman pendidikan kanak-kanak, MI, dan TPQ, maka
halaman yang tidak terlalu luas itu dipenuhi dengan ramai anak-anak yang akan
belajar. Antusias sekali mereka mendengar penjelasan dari gurunya. Setelah
dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini kami berencana pergi
ke Suncity. Seperti biasa sesuai
dengan petunjuk google map. Sepanjang
perjalanan kami melihat kiri kanan mencari warung makan yang murah. Saat itu
matahari belum merangkak terlalu tinggi. Tapi lumayan panas, ditambah perut
kami yang lapar. 08.32 WIB. Kami berhenti di warung makan C’NN jl Bali nomor 6
Madiun. Kami memesan dua porsi mi ayam, segelas teh hangat dan segelas es teh.
Alhamdulillah rasa lapar segera terobati.
Selepas itu kami
beranjak pergi melanjutkan perjalanan. Tak lupa pula kami bertanya pada ibu
penjual mi ayam dimana lokasi suncity.
Menurutnya suncity tidak terlalu
jauh, tapi kalo berjalan yah lumayan, bahkan ibu penjual mi ayam menyarankan
kami untuk naik becak. “tujuh ribu atau sepuluh ribu paling mbak tarifnya ke suncity”, begitulah kiranya. Kami pun
mengucapkan terima kasih. Lalu berjalan sesuai petunjuk ibu tadi. Kami berjalan
terus hingga melewati jalan Diponegoro. Tengah perjalanan, rasa-rasanya kaki
kami tidak kuat lagi untuk melangkah. Kami memutuskan untuk naik becak menuju suncity. Dengan tarif sepuluh ribu
rupiah kami tiba di suncity. Sekitar
dua ratus meter di hadapan kami, tampak tulisan The Suncity Hotel. Di kanan kiri kami bangunan-bangunan kotak
dengan dua sampai tiga kali. Ada foodmart,
waterpark, salon, dan kedai-kedai
lain. Disini seperti di dalam sebuah miniatur kota kecil. Tapi yang membuat
kami tertarik bukan itu semua, melainkan bangunan berwarna cream susu di
sebelah kiri kami. Masjid Ar Rahman. Setelah mengambil air wudlu, kami memasuki
masjid yang lumayan bagus bangunannya, apalagi atap kubahnya yang melengkung.
Bagian dalamnya sangat indah. Kami menunaikan sholat tahiyatul masjid, sebagai
bentuk penghormatan pada masjid.
09.36 WIB. . Tulisan
“Dilarang Tidur di Dalam Masjid” membuat panoptik. Uuugh.. aku melenguh
panjang. Akhirnya kami membaringkan tubuh di teras, seperti yang dilakukan
orang-orang itu yang berkunjung ke masjid. Kami memilih samping kiri, sebab
selain tempatnya agak memojok, lokasi ini nyaman, jarang ada orang yang berlalu
lalang. Kami bangun tepat setelah muadzin mengumandangkan adzan dhuhur. Tidur
yang hanya sebentar ini cukup untuk membangkitkan stamina kembali.
Setelah sholat
dhuhur, kami memutuskan pergi ke waterpark
suncity. Kami menaiki tangga untuk mencapai lokasinya yang terletak agak
tinggi. Baru tiga tangga yang telah dinaiki, kami terhenti. Terlihat disana dengan
jelas, tarif masuk waterpark. Kami
mengurungkan niat. Kami langsung mengubah arah menuju foodmart. Suasananya
seperti di Royal Plaza Surabaya, hanya saja dalam proses pembangunan. Bila
dilihat selintas dari luar, bentuknya mirip Hi-tech Mall, Surabaya. Kami
memasuki area lantai satu. Tidak terlalu menarik. Kami langsung menuju lantai
dua. Lantai satu lebih ramai daripada lantai dua. Suasananya mirip Hi-tech.
selain di bagian tertentu agak gelap dan kosong, disana tak ada apa-apa.
Sementara di bagian yang lain, ramai. Kami mencari makan, khususnya aku yang
sedari tadi menoleh kesana kemari cari makan. Sayangnya yang ditemukan kedai es
krim. Aku baru sadar sepertinya kedai es krim yang mendominasi. Mulai dari es
krim berwajah sederhana sampai es krim yang berwajah aneka rupa dan warna. Bos
Ririn juga memesan salah satu darinya. Aku lupa namanya apa. Sementara aku menjatuhkan
pilihan pada milkshake strawberry dan fried
fries, yang akhirnya kutemukan. Dua puluh ribu langsung amblas.
Oiya, setiap makanan
yang kita makan, menunjukkan ciri khas nya tersendiri. Khas Madiun. Dari
kemarin sejak membeli es degan sampai sekarang ini, ada saja yang berbeda
rasanya. Beda banget dengan yang di Surabaya. Seperti kentang yang kupesan,
lebih besar dan rasanya beda. Teksturnya lebih lembut, hanya saja mahal. Hehe.
Setelah puas, kami
kembali menuju masjid cream susu itu. Rencana kami sekalian mandi di masjid.
Baru kami kembali menyusuri jalan menuju alun-alun. Namun, di teras masjid kami
sempat bentrok lagi. Kali ini lebih parah. Aku sempat emosi dengan bos Ririn.
Bos Ririn tidak mau mengalah. Sudah tau kami sama-sama capek. Malah bikin ribut.
Masalahnya yah biasa. Kebiasaannya sehari-hari. Kalo ada keinginan melakukan
sesuatu, pastilah teman-temannya yang disuruh duluan. Siapa coba yang nggak
mengkal? Padahal kan dia yang ngotot dari tadi. Apalagi saat ini badanku capek
semua. (sebaiknya hal ini tak perlu dibahas. Aku gak mau mengingatnya
lagi) L
Akhirnya aku
memutuskan untuk mengalah. Aku masih waras dan masih punya akal sehat. Aku
langsung bergegas menuju kamar mandi. Membasahi tubuh sekedarnya dan ganti
baju. Kami mandi bergantian. Setalah itu sholat asar. Barulah kami mengabadikan
jepretan foto, sempat buat video pendek juga lhoo... Kami sudah baikan J
Beberapa menit
kemudian, kami keluar dari area suncity.
Awan mendung menyambut kami. Ia telah siap mengguyur bumi kapan saja. Kami terus
melangkah mencari jalan Diponegoro, menyusuri jalan yang telah kami lewati tadi
pagi. Di persimpangan, kami bingung. Ada banyak belokan. Kami mencari info pada
bapak becak. Kami mengikuti sarannya. Angin sepoi menerpa. Titik-titik air pun
memercik dari langit, jatuh kemana saja yang ia suka. Kami mempercepat laju
langkah. Tepat di tempat teduh, hujan turun dengan derasnya. Langkah kami
terhenti. Untung saja hujan turun tepat pada saat kami memperoleh tempat
berteduh. Sebab kulihat kanan kiri tak ada tempat berteduh. Sayangnya, tak ada
bangku yang bisa diduduki. Kami berdiri memeluk ransel masing-masing. Cipratan
air yang semakin deras, membuat celanaku basah. Aku menyingsingkannya hingga
dua tiga lipatan. Begitu pula yang dilakukan bos Ririn. Dingin menusuk. Hampir
sepuluh menit. Tidak ada tanda-tanda hujan akan reda. Kami mencoba bersabar.
Setelah titik-titik air yang jatuh menyisakan puluhan titik, kami beranjak.
Belum sampai seratus meter, kami berteduh lagi. Kali ini ada tempat duduknya.
Di sebuah bangunan yang seperti ruko. Kami membersihkan celana yang telah kotor
sekaligus basah. Juga alas kaki yang kami pakai. Kotor.
Alhamdulillah.. hujan
reda. Kami bisa melanjutkan perjalanan. Sesuai dengan petnjuk google map, kami menyusuri terus jalan
Diponegoro hingga menemukan jalan Jawa. Papan penunjuk jalan Jawa terlihat.
Kakiku mulai mengeluh. Ada beberapa yang lecet di sela jari-jarinya. Tapi kami
terus berjalan. Kami menemukan jalan Pahlawan. Akhirnya kami kembali ke jalan
yang kami lewati kemarin. Dengan tenaga yang masih tersisa, kami menuju
aln-alun. Alun-alun telah ramai. Di sepanjang sisi kanan kiri jalan,
stand-stand mulai buka. Kami tertarik untuk menikmati sebentar suasana ini
sambil minum sesuatu yang hangat. Kami memesan dua gelas minuman hangat. Seperti
biasa, objek baru, tempat baru. Kami berfoto ria. Kalo untuk urusan potret
memotret, kami tidak capek. Hehe..
Pukul 17.00 WIB. Kami
punya waktu sebentar sebelum sholat maghrib. Kami mengunjungi bazaar buku yang
sebelumnya tertunda. Akhirnya dua buku hilang dari rak-nya. Dimanapun dan
kapanpun, godaan untuk membelinya tak bisa kucegah. Kami langsung menuju masjid
agung Madiun untuk sholat maghrib. Nyaman. Saking nyamannya, aku langsung
merebahkan tubuhku sambil menunggu adzan sholat isya. Di shaf perempuan, hanya
ada beberapa orang yang tetap di masjid menunggu adzan.
Tidak berapa lama
kemudian, adzan isya berkumandang. Kami melaksanakan sholat isya berjamaah.
Baru pukul setengah delapan, kami menuju alun-alun mencari makan. Suasananya
semakin ramai. Bahkan lenih ramai dari sore tadi. Warung makan banyak. Penjual
makanan dengan gerobak pun ada. Penjual baju, tas, dan sebagainya. Ramai
sekali. Suasananya seperti pasar malam. Kami terus berjalan mencari makan.
Pilihan kami dijatuhkan pada penyetan. Meskipun hanya penyetan, rasanya pun
berbeda dengan di Surabaya. Benar-benar khas Madiun. Jam analog di layar hapeku
menunjukkan pukul 20.30 WIB. Kami memutuskan kembali ke masjid. Ada acara di
masjid. Habib Syekh. Pantas saja sebelum keluar masjid tadi, banyak muda mudi
yang memakai ‘almamater’ bertuliskan syekher mania di punggung belakangnya.
Jadi kami berencana mencari masjid lain. Kami mencarinya di google map. Kami berjalan sesuai
petunjuk map. Jalan Kolonel Marhadi telah kami lewati, terus menuju jalan Kutilang.
Lalu kami sampai di jalan Nori. Entah kenapa jalanan disini dinamai dengan nama
burung. Sedangkan di jalan tertentu seperti perjalanan tadi siang menuju suncity, jalanan dinamai dengan nama
pulau.
Eitt. Kami belum
menemukan masjid atau mushola. Ada sih mushola, tapi milik yayasan. Kami
berjalan terus. Tak peduli dengan sebelah kanan kami, kuburan. Kami sempat
merinding. Akhirnya memutuskan kembali ke alun-alun. Kami duduk-duduk sebentar
di alun-alun sambil mencari lokasi masjid di map. Kami mencari masjid lagi
dengan jalan yang berbeda. Tentu saja sesuai petunjuk map. Kami terus jalan
meski jalanan agak gelap. Di jalan banyak pemuda-pemuda jail yang naik motor.
Aku takut, lalu kami memutuskan belok kanan di persimpangan depan. Kami jalan
terus dan menemukan persimpangan lagi. Tapi belum ketemu masjid.
Astaghfirullah. Ternyata jalanan ini mengembalikan kami ke alun-alun lagi.
hufft..
Kami memilih
duduk-duduk di alun-alun yang sebentar lagi para pengunjung segera pergi.
Penjual-penjual yang berkerumun mulai mengemasi barang dagangannya. Siap untuk
kembali ke rumah masing-masing. Pukul 22.37 WIB. Acara di masjid agung belum
juga selesai. Kami berencana tidur di masjid agung, sesuai dengan rencana awal.
Kami pindah ke tempat duduk dekat alun-alun yang mengarah langsung ke depan
masjid. Setelah acara selesai, kami menuju masjid agung. Suasana masjid masih
ramai, tapi tidak seramai tadi. Rombongan syekher mania hanya menyisakan
beberapa orang saja. Kami tidur di shaf perempuan sebelah kiri pojok. Sekitar pukul
sebelas kami tidur. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar