Jumat, 27 November 2015

My Trip (Madiun, East Java)

My Trip (Madiun, East Java) – Hari Kedua
           
            Kami membagi jam tidur. Jam 21-24, aku yang tidur sementara bos berjaga. Sedangkan jam 24-03, ganti aku yang berjaga, bos yang tidur. Aku pun menyetujuinya dan langsung merebahkan tubuh di lantai pojok sebelah kiri. Tidak beberapa lama kemudian, kami dibangunkan oleh seorang lelaki penjaga masjid. Entah siapa orang ini, bapak2 atau mas2, wajahnya tak jelas. Maklum aku ngantuk berat. Sementara bapak penjaga itu terus memberondong kami dengan pertanyaan identitas dan apa tujuan kami tidur di masjid. Akhirnya  ndak bisa pulang karena kehujanan menjadi alasan. Meskipun sempat geger sama bos Ririn gara-gara alasan, tapi kami baik-baik saja. Hanya KTP yang diambil oleh bapak penjaga itu. Katanya boleh diambil saat kami mau pulang besok shubuh. Bapak penjaga itu meninggalkan kami dan menyerahkan bungkusan makanan yang ia bawa pada kami. Sepertinya habis kondangan. Kami tak memusingkan hal itu. aku pun kembali tidur.
            Tepat pukul 00.13 WIB, kami dibangunin lagi oleh bapak penjaga masjid tapi bukan lelaki tadi. Bapak penjaga yang merampas KTP berbadan gemuk, sedangkan bapak yang ini mempunyai badan yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Kami disuruhnya tidur
di dalam tempat shaf perempuan. Kami menurut saja. Akhirnya kami berdua langsung tertidur pulas hingga terdengar qiroah menjelang shubuh.
02.37 WIB. Alarmku bunyi. Kemudian pukul tiga lebih ibuku melayangkan pesan padaku untuk sholat tahajjud. Setelah itu kami tidak kembali tidur. Kami merencanakan perjalanan selanjutnya. Hari itu hari sabtu. Kami berencana pergi ke masjid kuno Taman. Kami bertanya pada ibu2 jamaah sholat shubuh. Kalo diperhatikan, ternyata seharusnya kami harus belok ke jalan Asahan bukan ke jalan Kemiri seperti di peta.
Setelah sholat subuh, kami pamit pada bapak penjaga masjid sekaligus mengambil KTP kami yang disandera. Bapak itu menawarkan kami untuk mandi di masjid. Kami pun menerima tawarannya. Bapak itu juga menawarkan akan mengantar kami ke stasiun, sebab beliau mau berkunjung entah kemana yang juga searah dengan stasiun. Tawaran kedua ini kami tolak. Maaf beribu maaf bapak yang baik hati J.. kami mau melanjutkan perjalanan.
Lalu kami meninggalkan masjid Al Hidayah itu dan menuju masjid kuno Taman sesuai petunjuk. Akhirnya setelah berates-ratus meter perjalanan, kami sampai di masjid kuno Taman. Bangunannya seperti masjid kebanyakan. Seperti di Demak tidak memakai kubah, tetapi beratap genting dengan puncaknya yang hampir mengerucut. Disana juga terdapat makam kuno. Sayangnya kami tak boleh masuk makam, sebab harus izin dulu pada juru kunci. Widiiiihh.. serem juga ya? Daripada izin-izin yang dikhawatirkan ribet, kami hunting foto aja..
Sambil melepas penat, kami istirahat di halaman masjid sekalian sholat dhuha di masjid kuno Taman. Karena di masjid itu terdapat taman pendidikan kanak-kanak, MI, dan TPQ, maka halaman yang tidak terlalu luas itu dipenuhi dengan ramai anak-anak yang akan belajar. Antusias sekali mereka mendengar penjelasan dari gurunya. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini kami berencana pergi ke Suncity. Seperti biasa sesuai dengan petunjuk google map. Sepanjang perjalanan kami melihat kiri kanan mencari warung makan yang murah. Saat itu matahari belum merangkak terlalu tinggi. Tapi lumayan panas, ditambah perut kami yang lapar. 08.32 WIB. Kami berhenti di warung makan C’NN jl Bali nomor 6 Madiun. Kami memesan dua porsi mi ayam, segelas teh hangat dan segelas es teh. Alhamdulillah rasa lapar segera terobati.
Selepas itu kami beranjak pergi melanjutkan perjalanan. Tak lupa pula kami bertanya pada ibu penjual mi ayam dimana lokasi suncity. Menurutnya suncity tidak terlalu jauh, tapi kalo berjalan yah lumayan, bahkan ibu penjual mi ayam menyarankan kami untuk naik becak. “tujuh ribu atau sepuluh ribu paling mbak tarifnya ke suncity”, begitulah kiranya. Kami pun mengucapkan terima kasih. Lalu berjalan sesuai petunjuk ibu tadi. Kami berjalan terus hingga melewati jalan Diponegoro. Tengah perjalanan, rasa-rasanya kaki kami tidak kuat lagi untuk melangkah. Kami memutuskan untuk naik becak menuju suncity. Dengan tarif sepuluh ribu rupiah kami tiba di suncity. Sekitar dua ratus meter di hadapan kami, tampak tulisan The Suncity Hotel. Di kanan kiri kami bangunan-bangunan kotak dengan dua sampai tiga kali. Ada foodmart, waterpark, salon, dan kedai-kedai lain. Disini seperti di dalam sebuah miniatur kota kecil. Tapi yang membuat kami tertarik bukan itu semua, melainkan bangunan berwarna cream susu di sebelah kiri kami. Masjid Ar Rahman. Setelah mengambil air wudlu, kami memasuki masjid yang lumayan bagus bangunannya, apalagi atap kubahnya yang melengkung. Bagian dalamnya sangat indah. Kami menunaikan sholat tahiyatul masjid, sebagai bentuk penghormatan pada masjid.
09.36 WIB. . Tulisan “Dilarang Tidur di Dalam Masjid” membuat panoptik. Uuugh.. aku melenguh panjang. Akhirnya kami membaringkan tubuh di teras, seperti yang dilakukan orang-orang itu yang berkunjung ke masjid. Kami memilih samping kiri, sebab selain tempatnya agak memojok, lokasi ini nyaman, jarang ada orang yang berlalu lalang. Kami bangun tepat setelah muadzin mengumandangkan adzan dhuhur. Tidur yang hanya sebentar ini cukup untuk membangkitkan stamina kembali.
Setelah sholat dhuhur, kami memutuskan pergi ke waterpark suncity. Kami menaiki tangga untuk mencapai lokasinya yang terletak agak tinggi. Baru tiga tangga yang telah dinaiki, kami terhenti. Terlihat disana dengan jelas, tarif masuk waterpark. Kami mengurungkan niat. Kami langsung mengubah arah menuju foodmart. Suasananya seperti di Royal Plaza Surabaya, hanya saja dalam proses pembangunan. Bila dilihat selintas dari luar, bentuknya mirip Hi-tech Mall, Surabaya. Kami memasuki area lantai satu. Tidak terlalu menarik. Kami langsung menuju lantai dua. Lantai satu lebih ramai daripada lantai dua. Suasananya mirip Hi-tech. selain di bagian tertentu agak gelap dan kosong, disana tak ada apa-apa. Sementara di bagian yang lain, ramai. Kami mencari makan, khususnya aku yang sedari tadi menoleh kesana kemari cari makan. Sayangnya yang ditemukan kedai es krim. Aku baru sadar sepertinya kedai es krim yang mendominasi. Mulai dari es krim berwajah sederhana sampai es krim yang berwajah aneka rupa dan warna. Bos Ririn juga memesan salah satu darinya. Aku lupa namanya apa. Sementara aku menjatuhkan pilihan pada milkshake strawberry dan fried fries, yang akhirnya kutemukan. Dua puluh ribu langsung amblas.
Oiya, setiap makanan yang kita makan, menunjukkan ciri khas nya tersendiri. Khas Madiun. Dari kemarin sejak membeli es degan sampai sekarang ini, ada saja yang berbeda rasanya. Beda banget dengan yang di Surabaya. Seperti kentang yang kupesan, lebih besar dan rasanya beda. Teksturnya lebih lembut, hanya saja mahal. Hehe.
Setelah puas, kami kembali menuju masjid cream susu itu. Rencana kami sekalian mandi di masjid. Baru kami kembali menyusuri jalan menuju alun-alun. Namun, di teras masjid kami sempat bentrok lagi. Kali ini lebih parah. Aku sempat emosi dengan bos Ririn. Bos Ririn tidak mau mengalah. Sudah tau kami sama-sama capek. Malah bikin ribut. Masalahnya yah biasa. Kebiasaannya sehari-hari. Kalo ada keinginan melakukan sesuatu, pastilah teman-temannya yang disuruh duluan. Siapa coba yang nggak mengkal? Padahal kan dia yang ngotot dari tadi. Apalagi saat ini badanku capek semua. (sebaiknya hal ini tak perlu dibahas. Aku gak mau mengingatnya lagi)  L
Akhirnya aku memutuskan untuk mengalah. Aku masih waras dan masih punya akal sehat. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi. Membasahi tubuh sekedarnya dan ganti baju. Kami mandi bergantian. Setalah itu sholat asar. Barulah kami mengabadikan jepretan foto, sempat buat video pendek juga lhoo... Kami sudah baikan J
Beberapa menit kemudian, kami keluar dari area suncity. Awan mendung menyambut kami. Ia telah siap mengguyur bumi kapan saja. Kami terus melangkah mencari jalan Diponegoro, menyusuri jalan yang telah kami lewati tadi pagi. Di persimpangan, kami bingung. Ada banyak belokan. Kami mencari info pada bapak becak. Kami mengikuti sarannya. Angin sepoi menerpa. Titik-titik air pun memercik dari langit, jatuh kemana saja yang ia suka. Kami mempercepat laju langkah. Tepat di tempat teduh, hujan turun dengan derasnya. Langkah kami terhenti. Untung saja hujan turun tepat pada saat kami memperoleh tempat berteduh. Sebab kulihat kanan kiri tak ada tempat berteduh. Sayangnya, tak ada bangku yang bisa diduduki. Kami berdiri memeluk ransel masing-masing. Cipratan air yang semakin deras, membuat celanaku basah. Aku menyingsingkannya hingga dua tiga lipatan. Begitu pula yang dilakukan bos Ririn. Dingin menusuk. Hampir sepuluh menit. Tidak ada tanda-tanda hujan akan reda. Kami mencoba bersabar. Setelah titik-titik air yang jatuh menyisakan puluhan titik, kami beranjak. Belum sampai seratus meter, kami berteduh lagi. Kali ini ada tempat duduknya. Di sebuah bangunan yang seperti ruko. Kami membersihkan celana yang telah kotor sekaligus basah. Juga alas kaki yang kami pakai. Kotor.
Alhamdulillah.. hujan reda. Kami bisa melanjutkan perjalanan. Sesuai dengan petnjuk google map, kami menyusuri terus jalan Diponegoro hingga menemukan jalan Jawa. Papan penunjuk jalan Jawa terlihat. Kakiku mulai mengeluh. Ada beberapa yang lecet di sela jari-jarinya. Tapi kami terus berjalan. Kami menemukan jalan Pahlawan. Akhirnya kami kembali ke jalan yang kami lewati kemarin. Dengan tenaga yang masih tersisa, kami menuju aln-alun. Alun-alun telah ramai. Di sepanjang sisi kanan kiri jalan, stand-stand mulai buka. Kami tertarik untuk menikmati sebentar suasana ini sambil minum sesuatu yang hangat. Kami memesan dua gelas minuman hangat. Seperti biasa, objek baru, tempat baru. Kami berfoto ria. Kalo untuk urusan potret memotret, kami tidak capek. Hehe..
Pukul 17.00 WIB. Kami punya waktu sebentar sebelum sholat maghrib. Kami mengunjungi bazaar buku yang sebelumnya tertunda. Akhirnya dua buku hilang dari rak-nya. Dimanapun dan kapanpun, godaan untuk membelinya tak bisa kucegah. Kami langsung menuju masjid agung Madiun untuk sholat maghrib. Nyaman. Saking nyamannya, aku langsung merebahkan tubuhku sambil menunggu adzan sholat isya. Di shaf perempuan, hanya ada beberapa orang yang tetap di masjid menunggu adzan.
Tidak berapa lama kemudian, adzan isya berkumandang. Kami melaksanakan sholat isya berjamaah. Baru pukul setengah delapan, kami menuju alun-alun mencari makan. Suasananya semakin ramai. Bahkan lenih ramai dari sore tadi. Warung makan banyak. Penjual makanan dengan gerobak pun ada. Penjual baju, tas, dan sebagainya. Ramai sekali. Suasananya seperti pasar malam. Kami terus berjalan mencari makan. Pilihan kami dijatuhkan pada penyetan. Meskipun hanya penyetan, rasanya pun berbeda dengan di Surabaya. Benar-benar khas Madiun. Jam analog di layar hapeku menunjukkan pukul 20.30 WIB. Kami memutuskan kembali ke masjid. Ada acara di masjid. Habib Syekh. Pantas saja sebelum keluar masjid tadi, banyak muda mudi yang memakai ‘almamater’ bertuliskan syekher mania di punggung belakangnya. Jadi kami berencana mencari masjid lain. Kami mencarinya di google map. Kami berjalan sesuai petunjuk map. Jalan Kolonel Marhadi telah kami lewati, terus menuju jalan Kutilang. Lalu kami sampai di jalan Nori. Entah kenapa jalanan disini dinamai dengan nama burung. Sedangkan di jalan tertentu seperti perjalanan tadi siang menuju suncity, jalanan dinamai dengan nama pulau.
Eitt. Kami belum menemukan masjid atau mushola. Ada sih mushola, tapi milik yayasan. Kami berjalan terus. Tak peduli dengan sebelah kanan kami, kuburan. Kami sempat merinding. Akhirnya memutuskan kembali ke alun-alun. Kami duduk-duduk sebentar di alun-alun sambil mencari lokasi masjid di map. Kami mencari masjid lagi dengan jalan yang berbeda. Tentu saja sesuai petunjuk map. Kami terus jalan meski jalanan agak gelap. Di jalan banyak pemuda-pemuda jail yang naik motor. Aku takut, lalu kami memutuskan belok kanan di persimpangan depan. Kami jalan terus dan menemukan persimpangan lagi. Tapi belum ketemu masjid. Astaghfirullah. Ternyata jalanan ini mengembalikan kami ke alun-alun lagi. hufft..

Kami memilih duduk-duduk di alun-alun yang sebentar lagi para pengunjung segera pergi. Penjual-penjual yang berkerumun mulai mengemasi barang dagangannya. Siap untuk kembali ke rumah masing-masing. Pukul 22.37 WIB. Acara di masjid agung belum juga selesai. Kami berencana tidur di masjid agung, sesuai dengan rencana awal. Kami pindah ke tempat duduk dekat alun-alun yang mengarah langsung ke depan masjid. Setelah acara selesai, kami menuju masjid agung. Suasana masjid masih ramai, tapi tidak seramai tadi. Rombongan syekher mania hanya menyisakan beberapa orang saja. Kami tidur di shaf perempuan sebelah kiri pojok. Sekitar pukul sebelas kami tidur. (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...