Minggu, 29 November 2015

Tak Tahu Ini Apa

Tak tahu ini apa. Masak sama anak kecil. Hmmmm... apa yang terjadi? What happen...? dia mirip, tapi siapa? mungkinkah di masa laluku.. tapi siapa? atau seseorang yang di bank? Atau aktor film, tapi dia pas banget buat film ku. Tapi jadi siapa? peran apa? Lebih tepatnya pencuri hati yang masih kecil dan terlihat dewasa, hmmm...., kupandangi dia dari jauh, tapi hanya senyum manisnya yang ku peroleh. Ku ingin coba tanya padanya, tapi Aku tak bisa. Olala, akhirnya aku tanya pada temannya.
Kelas berapakah ia?”, tanyaku penasaran tapi ku coba menghadapi gelombang penasaranku. We o we... kelas dua. Dua SMP, masak aku terpukau dengan anak masih kecil? Ya tuhan, gayanya sungguh anggun. Dari baju, celana, dan kopiah yang dikenakannya pas banget di tubuhnya, seperti di pesantren, tampilannya menawan. Hmmm... sungguh, memang aku tahu kalau disana tak ada yang lebih tua usianya, tapi salah besar aku menilainya, kukira dia dua SMA atau tiga SMA, eh meleset, semuanya salah, aku terjebak

Sabtu, 28 November 2015

Apakah Membaca itu Membosankan?

Jawabannya, tidak. Membaca itu menyenangkan. Bahkan kumasukkan ke dalam salah satu hal yang bisa menghiburku. Di saat aku lagi suntuk, bad mood, atau lagi banyak masalah. Membaca memberikan solusi jitu. Bahkan caraku memahami dunia ini adalah dengan membaca. Melalui cerita-cerita pada lembaran demi lembaran yang kubaca.
Ketika kamu bosan atau tidak tertarik untuk membaca, coba deh, dibaca dengan cara yang berbeda. Bukan seberapa banyak buku yang kau habiskan dalam sehari, tapi seberapa banyak cerita, berapa banyak ilmu, dan berapa banyak pesan yang bisa kau singkap dalam satu buku. Apa kau sudah mengunjungi
Tutorial Ngepet

Duwit, duwit, dan duwit. Gesek-gesek dinding. Lilin menyala liar. Betul-betul dilindungi. Takut padam. Ajaib. Duwit segudang muncul tepat di depan lilin. Kaya mendadak.

Bandingkan dengan ini,

Ilmu, ilmu, dan ilmu. Gabung di majelis ilmu, bergaul dengan orang berilmu, mengamalkan ilmu. Ikhlas. Betul-betul tanpa pamrih. Takut dosa.

Jumat, 27 November 2015

My Trip (Madiun, East Java)

My Trip (Madiun, East Java) – Hari Ketiga

01.00 dini hari, kami dibangunkan oleh penjaga masjid. Jawaban kami tetap sama. Mau pulang tetapi kehujanan, jadi tertunda. Bapak penjaga itu meminta KTP kami. Kami pun menyerahkannya. Kemudian bapak penjaga menyuruh kami agar kembali tidur. Kami baru bangun pukul 03.38 WIB. Seorang perempuan setengah baya mengagetkan kami. Ia ramah menyapa kami. Akhirnya kami pun tidak melanjutkan tidur lagi. Kami segera ambil air wudlu. Sebentar lagi shubuh. Setelah itu kami berkemas. Pukul 04.37 WIB kami mencari bapak penjaga yang mengambil KTP kami. Kebetulan kami bertemu di depan masjid. KTP kami baik-baik saja. Kami pamit dan bergegas pergi menuju alun-alun. Sepagi itu alun-alun sudah mulai menampakkan keramaiannnya. Para penjual aneka makanan dan jajanan segera membuka dagangannya. Rencana untuk ke car free day kami urungkan. Kami sedari tadi hanya duduk-duduk di tempat kami duduk tadi malam. Sesekali aku menguap dan ingin melanjutkan tidur. Bos Ririn mengajakku kembali ke masjid untuk cuci muka dan cari makan. Sebenarnya aku enggan untuk kembali ke masjid. Mereka semua pasti melihat ke arah kami. Gara-gara kami tidur di masjid semalam. Hufft..
Tuh kan bener, saat giliran aku cuci muka,

My Trip (Madiun, East Java)

My Trip (Madiun, East Java) – Hari Kedua
           
            Kami membagi jam tidur. Jam 21-24, aku yang tidur sementara bos berjaga. Sedangkan jam 24-03, ganti aku yang berjaga, bos yang tidur. Aku pun menyetujuinya dan langsung merebahkan tubuh di lantai pojok sebelah kiri. Tidak beberapa lama kemudian, kami dibangunkan oleh seorang lelaki penjaga masjid. Entah siapa orang ini, bapak2 atau mas2, wajahnya tak jelas. Maklum aku ngantuk berat. Sementara bapak penjaga itu terus memberondong kami dengan pertanyaan identitas dan apa tujuan kami tidur di masjid. Akhirnya  ndak bisa pulang karena kehujanan menjadi alasan. Meskipun sempat geger sama bos Ririn gara-gara alasan, tapi kami baik-baik saja. Hanya KTP yang diambil oleh bapak penjaga itu. Katanya boleh diambil saat kami mau pulang besok shubuh. Bapak penjaga itu meninggalkan kami dan menyerahkan bungkusan makanan yang ia bawa pada kami. Sepertinya habis kondangan. Kami tak memusingkan hal itu. aku pun kembali tidur.
            Tepat pukul 00.13 WIB, kami dibangunin lagi oleh bapak penjaga masjid tapi bukan lelaki tadi. Bapak penjaga yang merampas KTP berbadan gemuk, sedangkan bapak yang ini mempunyai badan yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk. Kami disuruhnya tidur

Rabu, 18 November 2015

My Trip (Madiun, East Java)

My Trip (Madiun, East Java) – Hari Pertama

Siap-siap. Kereta mau berangkat. Tepat 09.35 WIB aku dan bos Ririn meluncur menuju Madiun. Dengan kereta api bisnis yang tanpa sengaja dipilih akhirnya keinginan kami sebentar lagi akan terlunasi. Madiun menjadi lokasi jj (jalan-jalan) pertama kami dan kereta api sarangan menjadi kereta pertama yang aku naiki. Ternyata begini rasanya naik kereta. Lumayan nyaman sih.. daripada naik bus, aku harus menanggung mual dan muntah. Tak lupa juga kami mengabadikan dua foto imut milik kami (pisss).
Dalam perjalanan, aku masih sibuk berkutat pada tulisan ini. Sesekali mengarahkan pandangan ke jendela. Melihat pohon, rumah, tempat ibadah, gedung, dan aneka fly over yang segera tertinggal di belakang. Sementara bos Ririn sibuk pula dengan tablet barunya hehe maklum masih baru. Sesekali pula kami ngobrol dengan selingan canda tawa.
Beberapa stasiun dilewati. Akhirnya aku menyerah. Aku ingin

Minggu, 15 November 2015

Suatu Ketika

Karanganku suatu ketika. Sambil menunggu alarm berbunyi, aku mencoba mengetikkan sesuatu di atas Microsoft word ku. Dengan bersandar pada lemari pakaian aku membuka sebuah tulisan dengan kalimat pembuka yang klasik. Aku hanya menuliskannya dengan iringan musik entah lagu apa yang disetel oleh teman sekamarku membuat ku untuk tidak bisa menghentikan gerakan lincah tanganku yang kini menekan tuts keyboard pada laptop. Musiknya membangkitkan tulisanku, sepertinya tulisan yang ku tulis ini beterbangan. Aku terbawa hanyut pula oleh alunan musiknya. Terapi yang sungguh hebat. Menenangkan jiwaku. Tapi aku tetap terjaga. Alunan musik itu terus mengalun hingga semua kalimat yang kutulis pergi begitu saja meninggalkanku.

Dalam jiwa seorang sosiolog

Sabtu, 14 November 2015

Utang

Melalui tulisan ini, aku mengingatkanmu bahwa kau punya utang padaku. Utang tiga ratus ribu rupiah yang belum kau bayar sampai saat ini, sampai aku mau wisuda. Kapan akan kau lunasi? Jangan sampai hanya gara-gara utang aku membencimu dan menghapusmu dari daftar list nama-nama teman yang kumiliki.
Awalnya aku tak ragu meminjamkan uang tiga ratus ribu padamu. Aku percaya kau akan mengembalikannya sesuai jumlahnya dalam jangka waktu yang telah kita sepakati. Namun saat itu kau meminta tenggat waktu beberapa hari lagi karena kau masih belum bisa membayar. Aku memakluminya. Maka dengan gampangnya aku mengiyakan. Kau tahu apa yang aku pikirkan kala itu?
Menunggu Senyum Yahya

Entah kenapa aku ingin menuliskannya malam ini. Seorang lelaki yang entah ia akan jadi apa dalam putaran hidupku. Akankah hanya akan jadi kenangan dalam buku yang berjudul sahabat? Ataukah akan menjadi sahabat selamanya? Aku tak tahu. Aku ragu. Aku takut kehilangan dirinya. Aku ingin menjadi sahabatnya dan tetap akan menjadi sahabat yang akan kukenang selalu. Aku merasa nyaman ketika bersamanya. Entah apa yang kurasa, aku tidak tahu. Namun satu hal yang pasti aku merasa aman dan nyaman yang tidak pernah aku dapatkan dari teman lelaki ku yang lain. Bukan berarti

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...