Ada
Masya allah.. sebenarnya apa
yang ingin Allah tunjuk dan ajarkan padaku? Apa hikmah dibalik semuanya? Iyya kana’ budu wa iyyaka nasta’in.
Baru kemarin malam aku
menjadikan dirinya topik menulisku. Esoknya nebeng
dia sampai pom benjeng. Apa kebetulan?
Pagi ini, aku balik ke kos.
Rencananya aku naik angkot seperti biasa. Nanti ke gang, aku diantar sama
bapak. Lah tadi sudah mau berangkat, eh si “D” dari arah barat mau berangkat
sekolah. Jadi bapak mencegatnya. Suruh aku agar nebeng. Ya gak papa sih. Kasian bapak juga, kan harus ke sawah.
Panen. Akhirnya aku nebeng sama si “D”. Tadi dia bawa motor matic, bukan
motornya yang gedhe. Yang buat aku sedikit tertawa lihat helmnya. Warnanya
pink. Tak masalah sih dengan
warnanya. Tapi kalo plus dibalut dengan gambar
masha? :D kocak banget tauu.
Agak canggung sih ngomong
sama dia. Padahal dulu biasa saja. Toh aku dulu yang ngajarin dia baca iqro’.
Tapi sekarang kug rasanya beda ya?
Sebisa mungkin aku bersikap
biasa saja. Akhirnya dia dulu yang buka percakapan. Tanya tentang kuliahku, semester
berapa, yah seputar itu. Aku jawab dengan singkat saja. Sepanjang itu, aku diam
saja. Masih mikir mau ngomong apa. Rupa-rupanya dia terus yang bertanya.
Aku nebengnya tidak sesuai
rencana. Rencananya sampai gang. Dia menawari lebih jauh. Ya sudah aku jawab
saja, kalo ada angkot yang lewat. Kebetulan di pasar Benjeng, ada angkot, tapi
berhenti. Jadi Aku menyuruhnya terus saja menyalip angkot lain yang sedang
jalan di depan. Aku minta turun di pom sambil nunggu angkot yang tadi lewat.
Aku pun tak lupa mengucapkan terima kasih. Bahkan aku mengundangnya agar datang
di wisudaku. Yah mungkin saja dia ingin tau. Bukan apa-apa sih. Hanya menawari
biasa. Dia menolehkan kepalanya sebentar, senyum sebentar, mengucapkan beberapa
kata sebentar sambil menganggukkan kepala lalu menjalankan motornya menjauh.
Angkot sudah mendekat. Aku
melambaikan tangan ke arahnya. Sekonyong-konyong angkot pun berhenti dan aku
naik dengan senyum sendiri. Entah apa pasal.
Eit jangan menduga yang
bukan-bukan. Terkadang banyak orang yang salah menilai atas sikapku. Padahal
hanya rasa simpati, kagum, dan kawan-kawannya. Hanya saja aku belum bisa atau
bahkan tidak bisa membedakan diantara sikap-sikapku. Apa aku hanya simpati
biasa atau ada maksud lain.
Terkadang pula, banyak
membuat teman-temanku mengira kalau aku menyukainya (teman-temanku) berlebihan.
Tidak hanya simpati, tapi juga perhatian. Begitu katanya. Ah aku tak tahu
pasti. Aku hanya memberikan simpati, kagum, perhatian yang sebenarnya
biasa-biasa saja, tapi aku belum bisa membedakan satu dengan yang lain. Tapi
satu hal yang kau harus tahu teman, aku tahu batas-batasnya. Sebisa mungkin aku
tidak akan melewati batas itu dan akan bertindak sesuai batasnya.
Aku juga tidak ingin
mempermainkan hati orang. Yah, karena salah sangka itu, dikira aku mempermainkan
dan sebagainya. Maafkan teman, maafkan. Aku hanya ingin dianggap. Anggaplah aku
ada, itu yang kuinginkan. Dimana aku bisa menyentuh diriku sendiri dan aku juga
yakin bahwa aku ini benar-benar ada. Karena kalian percaya aku ada, maka aku
merasa ada di dunia ini. Kalau kalian menganggap sebaliknya, bisa-bisa aku
tidak yakin bahwa diriku ini ada.
Semua orang pasti ingin
dirinya dianggap ada. Tidak ada orang yang ingin dianggap tidak ada. Mereka
menggunakan caranya sendiri agar keberadaan mereka diakui bahkan dalam suatu
komunitas tertentu. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar