Minggu, 05 Juni 2016

Betul betul betul...

Kebetulan Kah. . ?

Hidup ini bukanlah sebuah kebetulan. Yah memang, bahkan sebuah kebetulan yang benar-benar kebetulan sekalipun telah tertulis di lauh mahfudz, begitulah kiranya yang aku baca di akun fanspage Tere Liye di facebook. Kalau begitu semua ini bukanlah sebuah kebetlan. Seseorang yang berseliweran dalam hidupku pun bukanlah suatu kebetulan. Semuanya sudah terencana dan diatur oleh Sang Maha Skenario. Tidak ada yang meleset dan tak ada yang salah atau bahkan tertukar.
Aku mulai menganalisis ulang hidupku kembali. Siapa-siapa yang berseliweran di otakku, hatiku, dan tentu saja dalam hidupku. Tapi kali ini aku ingin bercerita tentang seseorang. Sebenarnya aku tidak ingin membahasnya lagi. Biarlah saja apa yang terjadi. Sekarang aku badmood
untuk menceritakannya. Tetapi, tak apalah. Aku akan menceritakannya. Seseorang yang aku pun juga tidak pernah menyangka sama sekali. Bahkan terbesit sedikit saja, tidak pernah. Allah memilihnya sebagai aktor yang pernah aku impikan sejak dulu kala. Tapi mengapa dia? Apa hanya kebetulan? Bukankah hal yang nampak benar-benar kebetulan sudah tercatat di lauh mahfudz?
Sebut saja dengan huruf “D”. Saat itu aku mengunjungi rumah ibu yang pernah aku pilih untuk penelitian. Kenjeran tepatnya. Aku berkunjung bersama dengan tiga orang temanku. Sehabis dhuhur sekitar pukul satu lebih, aku diantar temanku menuju angkot yang membawaku pulang ke Gresik, ke kampung halaman. Aku sudah berencana pulang setelah berkunjung ke rumah informanku itu.
Langit mendung. Matahari bersembunyi dibalik tirai abu-abu. Sebagian lagi belahan langit gelap. Guntur serta petir mulai bersahut-sahutan, tetapi hanya sebentar. Kemudian turun hujan yang sangat deras. Aku sudah naik angkot menuju angkot selanjutnya yang mangkal di pasar Turi. Hujan terus turun dengan deras. Mengguyur Surabaya tanpa ampun. Tiba di pasar Turi, aku meminta sopir agar berhenti. Aku turun dan cepat-cepat lari menuju tempat teduh sebalah parkir. Tempat ini tetap ramai. Hujan deras tak mampu menghentikan aktivitas pengunjung. Ada yang keluar dengan membawa motornya, dan ada juga yang hanya berdiri di tempat teduh. Menunggu hujan reda dan menuju pangkalan angkot. Sama sepertiku. Aku bersama seorang ibu-ibu menuju pangkalan angkot dengan ikut ojek payung. Banjir. Jalanan tak kelihatan. Semuanya tertutup air. Ketika aku menyebrang, air menenggelamkan kakiku sampai menutupi mata kaki. Aku tetap berjalan. Kemudian aku berpisah dengan ibu-ibu itu di sebuah angkot. Aku mencari angkot yang berinisial BP bersama adik tukang ojek payung. Setelah ketemu angkot yang kumaksud, aku memberi ongkos pada adik tukang ojek payung lalu masuk ke dalam angkot. Berjubel-jubel dengan para penumpang lain. Tak luput pula barang-barang bawaan yang ikut berjubel. Aku sulit bergerak. Aku membujuk hatiku untuk sabar sebentar lagi. Sampai seperempat perjalanan, tak ada tanda-tanda penumpang yang akan turun. Aku mencoba untuk lebih bersabar. Jalanan macet. Angkot yang aku tumpangi merangkak sedikit demi sedikit bak siput. Lamat-lamat terdengar azan ashar.
Aku sudah tidak kuat lagi. Sementara hapeku terus berdering. Beberapa pesan baru. Aku mengabaikannya sampai aku bisa mengambilnya di saku celana. Aku tidak bisa bergerak. Terhimpit, berdesak-desakan dengan penumpang lain. Aku pun mulai gerah. Beberaoa menit kemudian, jalanan lancer kembali. Angkot pun melaju cukup lancar. Aku mengambil hape dan membalas beberapa pesan yang masuk. Ternyata ibu. Aku pun membalasnya. Separo perjalanan, beberapa penumpang turun. Angkot lumayan longgar.
Langit mulai gelap. Azan maghrib terdengar di seantero masjid dan mushola pinggir jalan. Perjalanan molor hingga satu jam. Beberapa meter lagi aku turun. Aku mengirim pesan pada ibu, agar bapak menjemputku di gang masuk.
Tepat di gang masuk desa, aku turun dari angkot. Mencari tempat terlindung untuk berteduh dari hujan rintik-rintik yang tersisa. Aku mengirim pesan pendek lagi. Aku duduk-duduk dengan cemas. Kemudian aku melihat seseorang yang kukenal. Aku memanggilnya, “D, aku ikut.”
“Lho aku ini memang mau jemput kamu, mbak”
“Oh iya ta?” Aku keheranan plus agak salting sih..
Ya sudah, aku mengikuti “D” menuju motornya. Aku menolak ketika “D” menyuruhku memakai mantel. Aku sudah terlanjur basah. Kemudian aku naik di boncengan. Agak susah sih, habis motornya gede. Tapi aku tetap menjaga agar tidak menyentuhnya. Begitulah ceritanya. Lalu, apa hubungannya dengan impian sejak dulu?
Dulu aku pernah memimpikan kalau aku dijemput oleh seseorang yang memakai baju koko dan bersarung, apalagi sarung hijau bermotif yang aku suka. Saat aku SMA, aku sering nebeng. Jadi sampai-sampai aku memimpikan hal tersebut.
Ketika “D” menjemputku, aku memikirkannya. Ibu juga tak berkata apapun sebelumnya, kalau yang menjemputk adalah “D”, yang rumahnya tetanggaan dengan rumahku. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Aku memang kagum sama “D” yang selalu menyempatkan waktunya untuk ke masjid. Yah, meskipun “D” masih duduk di bangku SMA kelas satu.
Waktu itu, aku juga sama sekali tidak terpikir mimpiku dulu. Baru ketika aku menganalisis, ternyata persis seperti mimpi itu. Apa ini bentuk terkabulnya? Entahlah.
Sesampai di rumah, ibu hanya bercerita bahwa bapak tidak bisa menjemput karena ada urusan yang juga mendesak. Ibu, mau berangkat diba’. Buku arisannya ibuku yang bawa. Ibu menyuruh saudaraku yang biasa menjemput, tetapi dia ndak berani kalo malam-malam. Maklum perempuan. Apalagi masih hujan dan jalanan desa pasti gelap. Kemudian atas saran mbak (sebut saja “S”), maka ibu menyuruh “D” untuk menjemputku. Kata ibu, awalnya juga sungkan, tapi bagaimana lagi? mbak “S” juga ikut diba’an bareng-bareng dengan ibu. Mbak “S” ini rumahnya di sebelah rumah “D”. Mungkin masih saudara.
Sekarang, aku tetap ingat ketika “D” menjemput. Ia memakai koko putih tapi bergaris. Ia masih mengenakan sarung yang berwarna hijau, hanya saja motifnya kotak-kotak teratur berwarna putih. Walau tidak sama persis, tapi lumayan mirip dengan mimpiku.

Wallahu a’lam bis shawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...