Selasa, 07 Juni 2016

Hijrah

Hijrah

Perjalanan seru plus menggelikan. Tadi aku mau wawancara dengan salah seorang motivator. Oh dua motivator, ralat. Aku pergi ke lokasi wawancara bersama temanku. Lokasinya di Nurul Hayat, Rungkut. Aku dibonceng oleh teman kuliahku yang dulu satu SMP denganku. Setengah delapan, aku berangkat. Setelah dari Indomaret membeli beberapa hal yang dibutuhkan, kami langsung meluncur menuju Wonokromo. Setahuku rute jalannya adalah setelah DTC belok kanan. Aku sudah memberitahu temanku. Sebut saja NA. NA menganggukkan kepala. Itu berarti dia sudah tahu, pikirku. Eh tiba-tiba, NA tidak membelokkan motornya ke arah kanan, malah terus menuju Ngagel. Hadehh. Aku bersungut-sungut. Setengah teriak, “Belok kanan, bukannya yang tadi ya. Ini kan ke arah Ngagel. Ayo putar balik saja.”

“Tidak tidak. Coba tanya orang saja. Arah Rungkut gitu”
“Okelah”, aku menurut.
Aku bertanya pada salah satu bapak-bapak yang duduk di warung pinggir jalan sebelah kiri. Ia sedang asyik meminkan smartphone nya. Menurut petunjuk bapak-bapak itu, kami harus putar balik dan belok seperti yang kutunjukkan tadi. Terima kasih bapak. Akhirnya NA mengikuti alur yang kutunjuk. Beberapa ratus meter, tampak perempatan. Kami bingung lagi harus kemana. Menurut BBM temanku yang dikirim tadi malam, perempatan ini masih lurus.
“Tanya saja”,  kata NA. Aku bertanya pada bapak-bapak yang sedang parkir di pinggir jalan sambil tetap duduk di atas sadelnya. Bapak-bapak itu mengatakan, kami harus terus lurus hingga menemukan pertigaan. Terlihat gedung besar. Nah, itu belok kanan. Itu sudah Rungkut. Terima kasih bapak. Kami melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh bapak itu.
Pertigaan ditemukan. Terlihat gedung besar disana. Arah belok kanan. Tampak papan penunjuk jalan “Rungkut”. Alhamdulillah, batinku. Kami tetap lurus, sesuai dengan petunjuk di BBM yang dikirimkan temanku. Namun jalan di depan membuat kami bingung. Kami memutuskan bertanya lagi.
Aku bertanya pada salah seorang bapak-bapak yang berada di pedagang makanan pinggir jalan. Terima kasih. Sesuai arahan, kami berjalan memutar. Lalu kembali lurus seperti rute semula. Aku sudah menjelaskan pada NA. NA mengangguk. Setelah memutar, dia nanya lagi. “kita kemana?”
“Rute yang tadi. Lurus. Karena gak bisa lurus, maka harus putar balik dulu baru bisa lurus. Kembali ke jalur yang lurus dengan jalan yang tadi.”
Aku bingung menjelaskannya, sebab aku bingung kalo sudah urusan putar memutar. Eh NA malah jalan lurus yang agak melengos ke kanan. Dalam pikiranku seharusnya belok. Tapi kanan apa kiri aku ragu.
“Loh kug kembali ke jalan tadi? Salah.”
“Lho katamu lurus.”
Hadeh NA salah tangkap. Aku mencoba menjelaskan lagi. Akhirnya kami memutar. Tetap sama rutenya. Tapi ambil belokan yang ke kiri. Kami tetap lurus. Namun, Purimas sebelahnya Nurul Hayat belum kami temukan. Tujuan utama kami adalah Nurul Hayat, tapi pikiranku mengatakan pasti tulisan Purimas besar-besar. Jadi kami mencari Purimas. Kami akhirnya berhenti di sebuah tempat cuci mobil. Aku bertanya pada salah seorang pegawai pencuci mobil yang sigap menggosok badan mobil. Masya Allah, sekitar 10-15 meter di depan, tampak tulisan di joglo Perum IKIP Gununganyar. Gang masuk menuju Nurul Hayat. Terima kasih. Kami menuju kesana. Masuk gang. Di sebelah kiri kami, terpampang patung huruf besar-besar “PURIMAS”. Beberapa puluh meter di depan, Nurul Hayat. Alhamdulillah Nurul Hayat berhasil ditemukan. Kulirik jam masih menunjukkan pukul 9.41. Janjinya jam 9. Tak apa. Datang lebih awal lebih bagus. Toh aku yang butuh.
Setelah memarkir sepeda, kami meuju kantor CS. Bertanya disana. Menunggu disana. Hingga seorang lelaki yang masih sangat muda menemui kami dan mengajak kami ke ruangan yang tidak terlalu lebar. Disanalah aku mewawancarainya. NA pun tak lupa mengambil fotoku saat mewawancarai informanku itu. Informanku yang satu ini orangnya tergolong masih belia. Usianya 19 tahun. Tapi sudah lumayan sukses. Informan yang satu lagi, usianya 18 tahun malah. Wahh mereka memang anak-anak bangsa yang hebat. Wawancara berlangsung menyenangkan. Dua informan selesai ku wawancarai sekitar pukul setengah sebelasan. Kami pamit pulang.
Saat pulang pun, kami bingung lewat mana. Biasa. Jalanan Surabaya banyak putar. Akhirnya kami menyusuri rute kami berangkat. Ketemu. Kami berpapasan lagi dengan putaran yang tadi, sudah kami putari dua kali saat berangkat. Seharusnya kami lurus tidak perlu putar. Eh kami malah putar. Mau kemana coba. Hadeeh. Kami bingung sendiri. Akhirnya satu putaran lagi di jalan itu. Baru jalan lurus menyusuri jalan Panjang Jiwo menuju Wonokromo. Kami pun sempat bertanya pada bapak-bapak pengguna jalan saat lampu merah menyala. Kami bertanya mengenai perempatan jalan yang membuat kami bingung untuk kesekian kalinya. Apalagi di depan ada polisi. Hadeh. Merinding. Tiba-tiba Adem panas ini tubuh. Aku berdoa agar tidak terjadi apa-apa. NA belum punya SIM. Alhamdulillah lolos. Kami sudah sampai depan Wonokromo. Menuju RSI. Masya Allah di depan ada polisi lagi. Kami tidak tahu. Rasanya jantung berdetak lebih kencang. Tapi Alhamdulillah, lolos. Tak ada polisi yang mencegat. Alhamdulillah, syukurku berkali-kali.

Kami berencana makan-makan dulu. Warung mi ayam belakang kampus menjadi pilihan. 11.26. kami bergegas meninggalkan warung setelah perut kami terisi. Aku memutuskan ikut NA ke perpustakaan. Daripada nganggur di kos. Lumayan sekalian memanfaatkan wifi gratis. Biar ndak mubadzir. Hehehe.

2 komentar:

  1. Ini cerita tersesat aja ta?
    Nilainya dari cerita ini mana?

    BalasHapus
  2. ini blog pribadi..
    yaahh.. sebut aja catatan harian.. sekalian latihan menulis :D

    BalasHapus

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...