Senin, 16 Mei 2016

Mahalnya Sholat Berjamaah

Mahalnya Sholat Berjamaah

Ketika di kos, aku jarang sholat berjamaah. Mengapa? Tak ada tempat bila berjamaah. Ada ruangan sholat, tapi sempit. Tidak muat untuk sholat jamaah. Terkadang kalau tidak sibuk, aku dan temanku berjamaah ke mushola. Tapi itu dulu saat semester-semester awal, sekitar semester 1, 2, dan 3. Selebihnya, aku lebih sering sholat munfarid di kamar. Begitu pula adik-adik kosku. Ya, kupanggil adik kos sebab aku dan dua orang temanku menjadi angkatan tertua di kos. Dulu masih ada yang di atasku, namun setelah lulus, mereka pindah. Ada pula yang kemabali ke daerah masing-maisng.
Kembali ke masalah sholat. Awalnya aku merasa tidak pernah sholat jamaah. Hanya kalau kebetulan di mushola kampus, terus ada imamnya, barulah aku berjamaah. Kalau tidak begitu, ya di
panti tempatku mengajar, selalu sholat berjamaah. Maghrib dan isya. Tapi shubuh, dhuhur, dan asar aku masih sering sholat munfarid.
Berbeda kalau di rumah, sebisa mungkin sholat berjamaah menjadi suatu hal yang diusahakan dan bahkan sudah menjadi kebiasaan. Antara anggota keluarga kalau mau sholat pasti menunggu anggota yang lain. Jadi, bisa dikatakan kalau tidak sholat berjamaah di masjid, ya sholat jamaah di rumah. Selalu begitu. Sejak kecil selalu dibiasakan sholat berjamaah. Aku dan adikku, sehingga ketika aku di kos, sholat berjamaah menjadi mahal harganya.
Sholat berjamaah harganya memang mahal. Ganjarannya sebesar 27 derajat. Bayangkan dengan sholat munfarid yang hanya mendapat satu, itu kalau diterima. Jadi bisa dikatakan sholat berjamaah itu harganya mahal dan memang mahal harganya.
Alkisah, hiduplah seorang syekh yang bernama syekh Subakir. Syech Subakir adalah orang alim. Beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan sholat berjamaah. Ia lebih mengutamakan sholat berjamaah di masjid daripada melanjutkan pekerjaannya. Suatu hari, syekh Subakir kedatangan seorang tamu. Beliau menerima tamu tersebut setelah maghrib. Tamunya itu datang dari jauh, sehingga syekh Subakir berencana menjamu tamu itu. Syekh Subakir menyiapkan beberapa makanan dan minuman. Tentu saja sang tamu sangat senang. Bahkan tamu itu tinggal lebih lama di rumah syekh Subakir. Ketika waktunya tiba, azan isya terdengar dari seantero masjid. Syekh Subakir pun mendengarnya. Ia berniat pergi ke masjid untuk sholat berjamaah. Namun tamu syekh Subakir tidak juga pamit. Syekh Subakir mulai cemas. Beliau merasa tidak enak bila menyuruh tamunya pulang, mengingat tamunya itu datang dari jauh. Akhirnya malam itu syekh Subakir tidak bisa mengikuti sholat isya berjamaah di masjid.
Setelah tamunya pulang, barulah syekh Subakir bisa menunaikan sholat isya. Beliau sholat isya sebanyak seribu rakaat malam itu. Di penghujung sholatnya, syekh Subakir tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya, syekh Subakir menunggangi seekor kuda yang gagah perkasa. Kuda itu berlari kencang dan lincah. Syekh Subakir bangga dengan kuda yang ditumpanginya. Dalam benaknya, syekh Subakir akan sampai pada Ilahi lebih dulu. Namun, tiba-tiba syekh Subakir mendengar langkah seekor kuda di belakangnya. Kuda itu sangat kurus bahkan bisa dikatakan cacingan. Kuda itu ditumpangi seorang yang tak ia kenal. Syekh Subakir memacu kudanya dengan cepat. Ia tidak ingin dikalahkan oleh kuda kurus itu. Bila dibandingkan dengan kuda yang ditumpangi syekh Subakir, kuda kurus itu kalah jauh. Namun kuda kurus itu berhasil menyusulnya. Hampir saja menyejajari kuda syekh Subakir. Syekh Subakir kembali memacu kudanya sekuat tenaga. Berkali-kali ia pacu, kuda kurus itu selalu bisa menyusulnya. Bahkan kuda kurus itu seperti melayang di udara. Syekh Subakir mulai geram. Ia memacu kudanya sekali lagi. Syekh Subakir memacu kudanya sekuat sisa tenaga. Syekh Subakir tersentak. Kemudian terbangun. Beliau mengucap istighfar beberapa kali sambil mengingat Allah, Sang Khaliq. Ia menerawang pikirannya yang kosong.
Nah, itulah sobat perumpamaannya. Kuda gagah yang ditumpangi syekh Subakir menggambarkan sholat sendiri sebanyak seribu rakaat yang dilakukan oleh syekh Subakir. Sedangkan kuda kurus bagai melayang itu adalah gambaran dari sholat berjamaah. Jadi sholat berjamaah lebih utama daripada sholat sendiri atau munfarid.

Mari kita renungkan bersama-sama dan semoga kita bisa senantiasa mengistiqomahkan sholat berjamaah. Aamiin. Wallahu a’lam bi shawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...