Selasa, 03 Mei 2016

Wis-suda

Temanku Wis-suda

Aku menyusuri jalanan ketika pukul sepuluh pagi. Cahaya matahari menyilaukan panasnya. Matahari pun merangkak naik perlahan. Sementara diriku harus nyengir-nyengir terkena sinarnya. Aku berjalan bersisian dengan seorang temanku. Hari itu aku mengunjungi teman SMA yang kini sudah wisuda. Sesuai rencana, aku mengajak teman kos agar menemaniku berjalan menuju UINSA, kampus tempat wisuda temanku SMA. Lumayan jauh sih, tapi menyenangkan bila berjalan bersama teman. Toh tidak sekali ini aku berjalan dari kos yang dekat dengan UNESA menuju UINSA hanya berjalan kaki.
Hari itu pula aku memakai rok. Meskipun aku bukan mahasiswa UIN, aku ingin memakai rok bila ke sana. Bukan apa-apa, hanya saja aku merasa di lingkungan dengan atmosfer yang berbeda
dengan UNESA, kampusku.  Lagipula aku perempuan. Wajar kalau aku memakai rok atau dress.
Berbeda dengan teman kos ku yang satu ini. Ngampus, ia lebih sering memakai rok atau kalau memakai celana, yah celana kain yang lumayan longgar. Kalau aku sih sering pakai celana. Jeans imitasi tapi agak longgar. Kalo ada celana yang menurutku press aku memakai baju yang agak panjang agar menutupi bagian pinggul.
Sekitar setengah sebelas, aku memasuki gerbang UINSA. Disambut dengan para penjual souvenir yang menjajakan aneka pernak-pernik wisuda. Ada bunga asli hingga bunga-bungaan, boneka bertema wisuda dari boneka bear hingga boneka Barbie, dan ada pula gabungan dari mereka, boneka dan bunga-bungaan. Ukurannya pun bermacam-macam. Ada yang besar, tanggung, hingga yang kecil sekalipun. Ada yang terbuat dari bahan flannel, dari kain tile, furing, dan macamnya. Ada boneka laki-laki dan perempuan. Lengkap. Harganya pun beraneka ragam. Bunga-bungaan ada yang seharga 5000 rupiah hingga puluhan ribu rupiah. Begitu pula bonekanya. Macam-macam harga.
Selain penjual pernik wisuda, penjual makanan dan minuman juga ada. Ada lumpia, pentol, dan semacamnya. Minumannya ada capcin (cappuccino cinta), air mineral, serta aneka minuman lainnya. Macam-macam rupa.
Pedagang baju batik, dompet, senter, kacamata juga tidak ketinggalan.
Aku memilih dua mawar. Pink dan merah. Mawar imitasi. Aku sengaja memilih mawar ini. Temanku yang wisuda tentu memiliki keinginan sama sepertiku. “Aku tidak ingin cinta yang seindah dan seharum mawar imitasi.” Itu maksudku. Apalagi temanku yang satu ini perempuan. Pastinya suka yang namanya bunga. Hanya saja mungkin ia tidak tahu apa maksud mawar imitasi itu. Aku pun hanya mencoba untuk menggambarkan perasaannya. Tulisan itu pula sudah aku upload di BBM.
Panasnya sinar mentari membuatku mencari tempat berteduh. Akhirnya aku dan temanku yang bernama Lia, duduk-duduk di samping gedung yang menghadap langsung ke jalan. Hanya saja terhalang oleh lapangan parkir dan pagar dinding yang tinggi. Tentu saja, selfie dan foto menjadi pilihan. Angin sedikit berembus menerpa wajah. Butiran pasir kecil-kecil berlari riang menyambut wajah orang yang menabraknya. Pasir ini membuatku menyipitkan mata. Tapi si pasir berhasil membuatku mataku pedih. Lia juga menyipitkan matanya.
Aku menengok jam di layar ponselku. Pukul sebelas lebih tiga menit. Aku melayangkan pesan pendek pada temanku satunya, Via namanya. Ia belum juga datang. Padahal seperempat jam lalu pesannya berkata otewe. Aku merasa bosan. Para wisudawan belum juga keluar.
Kulihat rombongan wisudawan bergerombol menuju depan gedung. Mungkin wisudawan sudah keluar. Aku beranjak berdiri dan mengajak Lia untuk berjalan mendekati gedung. Ternyata tempatku menunggu tadi agak jauh dari gedung yang ditempati wisuda. Aku menghubungi Alif. Tut tut tut..
“Halo assalamualaikum”, suaranya terdengar dari seberang telepon.
Aku langsung menanyakan keberadaan dirinya. Suaranya hampir tidak terdengar. Maklum disini gaduh. Wisudawan berhamburan, banyak yang groovie, dan ada juga yang berlalu lalang mencari mempelai wisuda. Lamat-lamat kudengar suara Alif, “Di depan pintu C sebelah utara.”
Aku dan Lia bergerak mendekat ke gedung. Tertulis disana pintu B. Sedangkan aku tak tahu menahu dimana utara. Intinya pintu C terletak di salah satu sisi pintu B. Aku bergerak ke kanan. Menyela dan menyibak kerumunan rombongan yang bak lautan manusia. Sebuah pintu terlihat, pintu A. Aku berbalik arah. Menuju pintu B dan terus saja menuju pintu C di sebelahnya. Itu Alif. Aku melihatnya dan melambaikan tangan. Alif melihatku diantara gerombolan para manusia. Ia juga melambaikan tangannya. Masya Allah, Alif menggunakan toga. Mendekap ijazah dan sebuah mawar putih. Sepertinya sudah ada temannya yang memberikan bunga lebih dulu. Aku tetap bisa mengenali wajahnya. Meski make up tebal meramaikan seluruh wajahnya. Balutan jilbab warna-warninya menawan. Salah satu sisi kepalanya, terdapat bunga-bunga bordir yang juga indah.
Alif menjabat tanganku. Cipika cipiki. Rasanya senang sekali. Temanku SMA sudah wisuda. Rasanya aku ingin cepat menyusul, dan itulah target di tahun ini. Aku harus wisuda tahun ini. 2016. Aku memperkenalkan Lia pada Alif. Alif menjabat tangan Lia.
Ponselku berdering. Pesan masuk. Via menanyakan keberadaanku. Sedetik kemudian aku terlibat percakapan telepon dengannya. Memandu Via menemukan jalan menuju pintu C. Beberapa menit, Via telah terlihat olehku. Aku naik selangkah ke pondasi belakang. Melambaikan tangan ke arahnya. Via celingukan dan akhirnya menemukan lambaian tanganku. Hampir berlari ia menuju ke arahku. Alif menyambut Via tak jauh beda denganku. Menjabat tangannya. Lalu cipika cipiki. Aku juga mengenalkan Lia pada Via.
Sesaat kami semua terlibat jepret-menjepret serius. Kedua orang tua Alif juga ikut serta. Hingga bulir air jatuh beberapa dari langit tak kami sadari. Beberapa teman Alif menghampiri. Foto bersama, lalu pergi lagi. Air yang jatuh semakin deras. Tapi aku, Via, dan Lia tak peduli dengan air yang jatuh. Begitu pula rombongan yang berlalu lalang. Sebentar kemudian Alif pamit pulang. Ia mengajakku, Via, dan Lia ke pondoknya. Terima kasih Alif, tapi maaf beribu maaf, kami tidak bisa dengan alasan masing-masing. Apalagi aku ndak enak sama Lia juga. Lagipula aku tidak mau merepotkan. Bye Alif. Kami segera menyusul memakai toga.
Tinggal kami bertiga. Kami jepret-menjepret serius beberapa menit kemudian sebelum memutuskan sholat di masjid. Air hujan yang jatuh sudah sama sekali tak bersisa. Setelah sholat, kami memesan minuman. Capcin. Capcin yang aneh. Stiker di gerobak seperti bukan capcin lazimnya. Kehabisan pula. Hanya tinggal beberapa. Kami menghabiskan capcin sambil ngobrol. Lebih banyak aku dan Via. Maklum lama tak pernah betemu.
Habis sudah capcin. Lalu kami memburu pentol. Membawanya ke teras depan masjid, berkumpul dengan rombongan mempelai wisuda lainnya. Sambil meluruskan kaki sejenak yang sejak tadi ditekuk. Sembari menghabiskan pentol dan sebotol minuman teh yang dibelikan oleh Via, aku terus saja mengobrol. Lia ikut menimpali. Tapi ia lebih asyik dengan hapenya. Kirim pesan suara lewat watsap. Asyik ngobrol, tiba-tiba aku mengenal wajah seorang lelaki yang berjalan di belakang Via. Tidak ada satu meter. Aku mencoba memanggilnya dengan resiko salah orang dan semacamnya. Lelaki itu menoleh dan tersenyum. Ia kaget. Alhamdulillah ternyata tidak salah orang. Ia menyebut namaku, masih kaget. Selintas, aku melihatnya memakai kemeja putih dan celana hitam layaknya wisudawan. Aku mengucapkan selamat padanya. Sambil berlalu ia membalasnya dengan ucapan terima kasih.
Baiklah, kami bertiga melanjutkan ngobrol. Beberapa menit kemudian, lelaki yang tadi aku sapa pamit pulang. Tapi ia duduk sebentar dan menyinggung urusan di panti, tempatku dan dirinya mengajar. Aku hanya tersenyum menanggapinya. “Baru juga ketemu. Tidak sengaja pula. Malah yang disinggung urusan panti. Coba gitu tanya ‘lagi apa disini?’ atau ‘apa temannya wisuda juga?’ atau semacamnya gitu”, pikirku. Lalu ia bangkit dan pamit lagi. Bye ..
Aku kembali ngobrol dengan Lia dan Via. Mungkin sekitar sepuluh menit. Via lebih dulu pamit pulang. Bye Via. Carefull.. Sementara aku dan Lia masih duduk-duduk di teras masjid sebelum memutuskan membujuk kaki dan pulang.

Rute pulang sama dengan rute berangkat. Berjalan kaki pula. Sekitar pukul tiga lebih aku dan Lia sampai kos. Lia langsung masuk ke kamarnya. Begitu pula diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...