The
Dream
Bicara tentang mimpi, aku
juga punya mimpi. Aku ingin menjadi banyak hal. Aku ingin jadi pendidik,
pengusaha, dan penulis. Bahkan sempat terpikir menjadi wartawan. Pula sutradara.
Aku tahu profesi wartawan sangat beresiko. Karena dewasa kini, informasi
menjadi sedemikian mahal. Masyarakat sudah bergeser. Dari masyarakat nyata
menjadi masyarakat virtual alias masyarakat informasi. Sebuah kelompok yang
dipersatukan dengan informasi. Pada tulisanku kali ini, aku tidak membahas
tentang itu. Tapi tentang mimpiku. Aku ingin membuka sebuah taman baca. Aku
punya sederetan kegiatan yang akan aku tekuni. Aku sudah mencatatnya. Semoga
saja semuanya bisa terwujud.
Awal ini aku mencoba membuka
olshop. Alhamdulillah, kini aku mulai merambah ke offline. Jadi tidak
hanya
online, tetapi juga offline. Aku menjual aneka baju khususnya perempuan.
Sekarang aku masih menjadi reseller. Yah buat belajar awal-awal. Aku membuat
grup di watsap, namanya Uni Fashions. Nah, selain itu aku juga punya shop lain.
Shop ini modalnya patungan dengan salah seorang temanku yang kemarin aku
ceritakan. Tidak perlu dibahas lagi ya? Rencananya, uang hasil jualan selain
dinikmati sendiri juga akan diinvestasikan di usaha yang akan dibuka. Ada
bimbel, café, dan macamnya. Semua sudah aku catat.
Aku tetap memikirkan
mimpi-mimpi itu. Sepertinya butuh modal besar. Aku berencana untuk mengubah
strategi. Aku berniat untuk menghubungi ibu kepala sekolah. Sambil sowan ke
pondoknya, silaturrahim. Ibu kepala sekolah menengah atas. Namanya ibu Sholiha.
Beliau lebih akrab disapa dengan bu Shol. Beliau ini sangat menginspirasiku.
Asal kalian tahu kawan, bu Shol menjabat sebagai kepala sekolah kurang lebih
selama dua puluh tahun lebih. Masya allah.. luar biasa. Ditilik dari usianya,
bu Shol sudah tidak muda lagi. Bu Shol berkata ketika aku SMA dulu bahwa saat
ini beliau mengajar cucu-cucu peserta didiknya dahulu.
Meskipun usianya dibilang
cukup tua, bu Shol masih single. Bu Shol tidak menikah. Entah apa pasal, aku
tidak tahu. Ketika bu Shol tahu aku diterima di UNESA, bu Shol sangat senang. Aku
menjadi terkenal seketika. Dulu sih, aku tidak seberapa terkenal. Apa mungkin
karena aku diterima di UNESA? Entahlah aku tidak tahu. Hal-hal yang seperti ini
mungkin perlu dihindari. Bukan berarti menghindari orangnya. Tapi menghindari
sikap senang berlebihan karena dipuji dan disanjung. Mengutip kata-kata bang Tere,
bila kita senang karena dipuji, disanjung, dan segala macam, lalu kita harus
sedih ketika semua itu hilang, berarti kebahagiaan kita masih tergantung pada
orang lain.
Sebisa mungkin, mulai saat
ini, yukk mari sama-sama tidak berlebihan dalam bersikap. Tertawa dan menangis
seperlunya, cinta sewajarnya, dan berharap sedikit saja. Kita harus mandiri,
tidak selalu menggantungkan hidup pada orang lain. Bersandarlah pada Tuhan,
Allah Yang Maha Esa. Allah lah sebaik-baik tempat besandar. Allah lah
sebaik-baik tempat meminta pertolongan, permintaan, perlindungan, dan apapun
itu.
Allah tahu kebutuhan
hambanya, maka Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita
inginkan. Aku membaca kalimat ini di halaman-halaman yang memotivasi. Sekaligus
sebagai bahan renungan.
Kembali pada mimpiku. Aku
memang punya mimpi. Kalian pun harus memilikinya. Kata Arai dalam film Sang
Pemimpi, “Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” Bila ada yang
bertanya padaku, “apa kau percaya pada kekuatan mimpi?” Aku akan menjawab, “ya,
saya percaya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar