Kamis, 07 Januari 2016

MalezzzZZzZ…

MalezzzZZzZ…

Malas. Apa perlu aku menuliskan kata malas ini? sungguh aku benar-benar malas, bahkan hanya untuk menulis ‘malas’. Aku menulis tulisan ini pun dengan rasa malas yang menggelayut. Di bahuku, kakiku, bahkan pikiranku. Ia selalu membayang seperti hantu. Ia menjerat diriku tanpa ampun. Membayangkan khayalan-khayalan yang hadir di pikiranku. Rasanya ia ingin agar aku terlelap dalam buaiannya. Tersenyum mesra pada sang waktu yang telah memberikan berlimpah ruah waktu menganggur tanpa menghasilkan suatu karya apapun. Aku takut. Ia menyeretku terlalu dalam. Hingga aku jatuh terjerembab tak berdaya. Aku baru sadar ketika waktu mulai menghimpitku hingga sesak napas. Padahal aku tidak punya dan tidak ingin punya jenis penyakit macam ini. Aku ingin menghirup udara bebas. Apa masih pantas bila sekarang aku ingin menghirup udara bebas, sementara udara sekitar masih kotor?

Malas. Apa perlu aku memujanya? Ia sangat biadab namun melenakan. Waktu panjang, waktu lengang, waktu senggang, atau waktu luang. Hal ini sangat menggiurkan. Namun hanya sementara. Rasa malas berhasil membujuk rayu diriku untuk berleha-leha di atas puncak kemalasan.
Malas. Apa aku harus mengusirnya jauh-jauh? Tapi, bukankah sikap rajin dan kerja keras ada karena adanya rasa malas?
Oh tidak. Bingung sudah diriku dibuat oleh binary opposition ini.
Satu hal yang pasti, seberapa besarkah diriku untuk mimpi-mimpi? Mimpi-mimpi itu akan terasa kecil bila aku cepat bertindak dan bukan diam di tempat apalagi jalan di tempat. Rumus dari bapak Balia, tokoh guru di film Sang Pemimpi, perlu dan harus dicoba. “Ambillah resiko terbesar dalam hidup.” “Belajar dari alam sekitar.” “Reguk madu ilmu sebanyak-banyaknya.”
Kata beliau pula, “bukan seberapa besar mimpi itu, tapi seberapa besar kita untuk mimpi itu”. Kalimat ini mungkin bertuah. Aku harus mencoba. Biarlah rasa malas tetap berada ditempatnya. Di ranjang empuk berselimut sutera. Namun aku akan berusaha untuk tidak membangunkannya.
Mulai sekarang aku harus mempersatukan mimpi-mimpi yang berserakan untuk segera diwujudkan. Kuncinya adalah berani. Berani ambil resiko. Sekecil apapun yang kulakukan pasti akan beresiko. Aku tahu itu.

Do It Now, Not Tomorrow

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hati

Assalamualaikum sahabat semua.. long time no see.. how are you today.. Sudah lama aku tak nge-post tulisan apapun, tapi kini aku ingin men...